About "Daily Planet & Sindy"

Tuesday, October 23, 2018

TIPE-TIPE (YANG KATANYA) TEMAN

- Waktu sekolah / kuliah temen dekat, setelah berpisah, ngga ada sama sekali kontek-kontekan, sampe-sampe loe bisa lupa pernah berteman dengan orang itu.  Misalnya tiba-tiba ingat karena nongol di FB.

- Dulu berteman dekat, tapi sekarang ngga lagi.  Biasanya karena loe ngga kenal (dekat) dengan spousenya, apalagi kalo temen loe itu lawan jenis.

- Temen dekat yang dulu "jatuh bangun" bersama, sekarang dia jadi jaim abis karena posisinya di kantor.

- Temen dekat yang dulu cablak, sampe sekarang masih kayak gitu juga, mau didepan laki/bini loe, dia tetep treat elo kayak jaman dahulu kala.

- Teman dekat yang jauh dimata, tapi dekat dihati.  Masih kontek-kotekan, masih suka curhat-curhatan, walaupun ngga sesering dulu.

- Yang dulu cuma kenal ngga berteman, eh malah sekarang berteman dekat.

- Temen yang dulu (terlihat) biasa-biasa aja, sekarang jadi sukses.

- Temen yang dulu (terlihat) "wah", sekarang jadi biasa-biasa aja.

- Temen yang orangnya dulu ngga deket sama lu, sekarang malah jadi deket.

- Temen yang pernah singit-singitan sama elu, sekarang, seiring waktu, sama-sama mau memperbaiki hubungan pertemanan.

- Temen yang (ternyata) menganggap loe itu saingan.

Mari kita bahas poin yang terakhir.  Hahaha.. sebenarnya ini topik paling greget ya, gemez banget pen gua bahas dari dahulu kala, tapi males.. cuma, tadi pas baca blognya kak Joice, jadilah gua mikir okelah, bisa dibahas.. hahaha.. 😆.

Seperti yang kak Joice tulis dan yang sering kita dengar, bahwa seiring berjalannya waktu, semakin kesini, semakin tersaring temen-temen kita.  Circle of friends menjadi semakin kecil.

Kak Jo bahas juga soal teman yang ngga senang kalo kita senang / punya achievement.  Doi bilang dulu pikirnya itu cuma disinetron, istilahnya ngga percaya bisa ada di dunia nyata.  Sama lah kita kak wkwk.. Nah, kebetulan, minggu lalu gua abis post di IGS gua quote yang bertuliskan:

"Real friends should always be happy for you no matter what... even if your situation is better than theirs, because it shouldn't matter true friends know that if you're up they're up."


Ini jujur, beneran ada yang kek gitu shay.. ada temen yang sebenarnya kalian fine-fine aja, saling menjaga pertemanan, tapi disuatu titik, dia melakukan sesuatu yang for instance, harusnya loe berdua bisa dapat, tapi dia ngga info ke elu sehingga cuma dia yang dapat.  Dan tanpa loe cari tau, secara ngga sengaja loe jadi tau juga kalo ada kejadian tersebut.  Sounds familiar? ;)

Yang gua lihat, jika sering bergaul bersama tapi belum mencapai titik kedekatan dimana elo dan dia bisa saling memuji, bisa juga saling menegur, nah, itu tuh yang menurut gua masuk klasifikasi "pertemanan fatal".  Pada akhirnya, tidak bisa saling memuji dan jatoh-jatohnya iri-irian, tidak bisa saling menegur dan jatoh-jatohnya kesel-keselan dibelakang.

Ketika loe bisa "baca" seseorang, kelihatan banget kalo benar adanya, ada yang (katanya) teman, tapi elo secara ngga langsung itu saingannya dia.  Kalo kita lihat seseorang yang punya sesuatu yang lebih dari yang kita punya, trus kita hanya sekedar "wuih, hebat yah dia" "wuih, gile, dia enak banget yah, bisa..." fine lah, tapi kalo elo sampe-sampe secara ngga sadar loe jadi benci sama dia, loe jadi ngga suka sama dia, loe SAMPE HARUS BERBUAT SESUATU agar supaya loe bisa punya sesuatu yang lebih dari dia, you need to question what kind of friendship that is and what kind of friend are you.

Gua ngga tau kalo di dunia pertemanan laki-laki ada model-model kya gini ya, tapi kyanya diantara pertemanan wanita-wanita, mayoritas ternyata mengalami hal-hal seperti ini, sadly.  Gua juga jadi berkaca dan suka mikir gimana caranya supaya gua jangan begitu.  Supaya menjadi teman yang senang disaat temannya senang, bangga disaat temannya bangga (ini sepertinya yang paling susah dilakukan orang-orang, bawaannya malah dinyinyirin kalo temennya lagi bangga dengan dirinya sendiri atau achievementsnya dia), kemudia sedih disaat teman sedih.

Dunia orang dewasa sudah terlalu kompleks.  Hal-hal seperti itu sepertinya sepele tapi ternyata melelahkan jiwa.

Membuat gua teringat pernah punya tetangga yang terlihat agak menutup diri.  Kami sih biasa aja ya sama mereka, tapi gua rasa ngga sedekat sebagaimana tetangga yang seharusnya, yang istilahnya bisa pinjem-pinjeman tomat, garam, dll (nah, luckily tetangga gua yang sekarang itu seperti ini, yang suka saling kirim-kiriman makanan kalo ada acara).  Kembali ke tetangga yang dulu, gua suka mikir, apakah they went through so many things already dengan dunia pertemanan hingga they came to a conclusion kalo "ya udahlah, ngga usah terlalu dekat dengan semua orang".  Seriously, hal-hal seperti ini I think bisa bikin orang menjadi orang yang lebih individualis.  Buat gua sendiri, jadi individualis artinya "gua bodo amat sama elu, loe mo ngapain bodo amat, dan loe juga jangan urusin urusan gue."


Ya ngga sih? menurut kamu gimana?


No comments: