About "Daily Planet & Sindy"

Thursday, March 26, 2015

My 2nd Pregnancy

Ternyata untuk nulis post tentang ini gua harus mulai mengingat kembali semuanya..

So.. yes, I was pregnant.

After my last post, my sense of smell got even stronger and a lot more sensitive.
Friday, February 13, we bought a test pack, and I did the test in the mall's comfort room.
Positive.

I still could manage going to the office and doing stuff, but not a week after.  I had to stay home because of hyperemesis gravidarum, hardly eat, hardly drink, some of the food and drink stayed, but mostly had to come out, and I had hyper-saliva, I was spitting all the time.  I had nosebleed, and my throat was so dry that I spitted out blood.  I couldn't take it anymore.
Wednesday, February 25, I went to the hospital, and finally had to be admitted.
That was the first time when I could no longer wait to get the IV on and nausea drug shot.

I got to room class 2 because class 1 was full with another 2 Mothers who just gave birth.
I had to wait for more than 1.5 hour for the IV, and I was so weak that I couldn't do anything or eat or drink anything though the hospital had provided my dinner.

I was moved to another room because the nurses said that I had to rest while the other 2 Moms had to breastfed their babies, they might be crying in the night and I might have less sleep, and another breastfeeding Mom was coming so then I switched room, the other room mates was a young Mom who also had hyperemesis and got typhoid at the same time, the other one is a young lady who just had tonsils surgery.

By the time the nurse had to put the IV on me, I was panicked. Heheh.. "Tunggu, sus.. tar dulu.. aduh.." and so on.. hahah.. she told me to look straight forward.. "oooouuuucchhh....!!!" Yeah, I had never been hospitalized other than because of pregnancy or giving birth. Craaazyyy..
That night husband went home, to look after our son.  Since I had room mates, it was okay for me.
I hardly sleep because I was uncomfortable with the bed, I couldn't adjust since it has to be manually adjusted, so I had to call the nurse to help.

The next day husband sent some of the students who stays in our house to accompany me in the hospital.  Later that day, he called and told me to move to VIP class so that he could bring our son to the hospital.  They do not allow kids to visit if of course the mother has contagious disease or if the Mom is in a room with room mates.
It was also more comfortable for me with that remote control bed.
The thing is if I stay in VIP room, there should be someone to stay to accompany me.  A student stayed.

Everything went in by IV. I tried to eat and drink little by little, but still had nausea, hyper saliva, and vomit at times.  Some of the food still triggered my nausea, even had me vomited. I was still weak.

Friday evening my husband stayed in the hospital, that my son had to go to church with the students at our house the next day..
Sabbath afternoon he went home and took our son to visit me that evening.  They went home, Skyler's caretaker stayed to accompany me.

Actually the doctor planned that the 2nd day I was hospitalized, she was gonna give me medicines instead of giving medications trough IV, but since I was still having all those sickness, I had everything trough IV I think until the day I went home.

On sunday, the doctor said that I could go home.  They gave me this yellow liquid trough IV, the said it's for my stamina.  I had to go with a wheel chair from the hospital room to the front building, I was still weak.  I had to struggle with the smell of our car, husband put a car deodorizer on -_-" I told him to take everything out.

Sampe dirumah, tetap aja hyper emesis ga ilang.  Tetep susah makan, susah minum.  Maag udah kambuh juga.  Lemess banget kalo udah muntah-muntah..

Sabat, 7 Maret, tanggal gua harus check-up.
Dokter yang handle gua lagi ikut seminar (atau sejenisnya), jadilah ke dokter yang lain.
Giliran di USG, di geser sana geser sini, dokterpun berkata "ga jelas nih.. ga jelas bentuknya.." mulai deg-degan.  "Transvaginal yah.." awalnya lama-lamain ke dokter biar ga transvaginal, eh kena juga.
Kembali lagi dokter bilang "bentuknya ga jelas.." dan "jantungnya ga berdetak lagi.." *gulp*.  Padahal sizenya membesar 2x lipat.
Oh my.

Dokternya langsung bikin surat untuk tindakan kuret.  Segitu pasti kah? "Udah pasti, dok?" "pasti" "kalo ngga kuret sekarang ato besok, kenapa dok?" "boleh aja, tapi nanti pasti pendarahan.. takutnya Ibu pendarahan dirumah dan Ibu panik.." kamipun pulang.  We didn't talk about it on the way home.
Malam minggu baru mulai kami bahas.. kami setuju besoknya tindakan kuret.
Konsultasi sama beberapa orang, akhirnya suami telfon RS tersebut dan tanya bisa ga kami 2nd opinion ke dokter lain di RS situ juga (gua udah ga ada tenaga untuk kemana-mana lagi, kalo harus daftar, nunggu dan segala macem di RS lain, trus tau-tau harus di kuret juga, gua maunya di RS tempat gua periksa itu.  Ribet dah pokoknya.. gua udah ga ada tenaga karena mual muntah spitting melulu.  Tanya ke suster by phone dokter itu gimana, katanya dokter itu salah satu andalan di RS situ dan dosen juga (well ga mungkin juga dia bilang ga bagus ya..).

Besok paginya kami call lagi untuk daftar kuret dan ternyata harus puasa 6 jam! Tau gitu pagi itu tindakan.. jadilah deal jam 4 sore tindakan.
Perasaan campur aduk, semuanya terjadi begitu cepat.  Gua belum sedih saat itu karena perasaan tersiksa dan lemes gua lebih besar.

Minta temenin temen suami istri dari kampus, kami turun jam 1an.  Daftar, masuk IGD, pasang infus, ambil darah, ga keluar lagi yang dari tempat infus, jadi tusuk lagi tangan sebelah.. tembak kuping untuk cek seberapa cepat darah gua mengental, semuanya menyakitkan.  Gua paling stress ama yang begitu-begituan.  Lambung udah kosong banget (maag gua udah kambuh banget), dan masih tetep ngeludah terus menerus..

Jam 3.30 sore gua naik ke kamar rest & recovery, ganti baju, dan akhirnya masuk ruang operasi.  Ga boleh ditemenin keluarga/temen.  Kalopun bisa, yang masuk temen yang wanita, suami takut.. heheh..

Susternya di ruang OR baik banget, mau gitu terus menerus nampung spit gua yang terus menerus.  Di posisiin dulu badan gua, biar dokter datang udah ga ribet lagi.
Dan ternyata dokternya suruh skin test! Whoooaaahhh.. padahal udah dijawab kalo gua ga ada alergi, sumpahhhh perihnya sesuatuuuuu.. ampe nangis gua :'(.
Dokter datang, dan gua bilang "Dok, takut.." "kan saya belum ngapa-ngapain, lagi nulis.." dateng lah dokter anestesi 10 menit sesudahnya.
Tangan-tangan gua diiket ke kiri dan ke kanan, mulai disuntik obat bius, awalnya 20% trus susternya naikin kaki kiri kanan gua, dan disuntikin sisanya, blassss.. bangun-bangun udah di ruang RR.

Gua udah kya orang abis di operasi apaan aja, lemesnyaa minta ampun.. karena itu dia, udah ga makan minum.. hampir seminggu itu gua cuma makan kolak kacang ijo sama pisang rebus.. ya cuma itu yang masuk.. :'(.

Temen-temen ganti-gantian jenguk ke RR.  Dimeja samping ada di botol kya yang isi sampel urine, tapi isinya ya itu, yang di kuret, tapi kya udah di blender.. whew..

Jam 10an gua mulai belajar duduk sedikit demi sedikit, minum sedikit demi sedikit, dan akhirnya makan sedikit demi sedikit.. baru pindah ke kamar.

Malam itu gua ga bisa tidur.  Insecure.  Besok paginya suami harus pergi beberapa jam cari makan dan bagi undangan nikahan ade ipar, gua tidur bangun terus, kaget, tiap ada orang lewat, gua pikir suami yang pulang, jadinya kepala gua sakiiiittt banget... masih mual muntah, jadi dikasi obat maag yang ternyata "forte".

Sorenya kami pulang, gua masih harus fight dengan obat antibiotik, anti nyeri, dan obat maag.  Belajar makan sedikit demi sedikit..

Malem-malem suka menetes sedikit demi sedikit air mata mikirin semua ini.. everything went by too fast..

Beberapa hari sesudah itu, ada sesuatu yang gua liat diluar sana yang bikin gua sakit hati dan bercucuran air mata.. ada hal tertentu juga kalo di bahas orang, gua tersinggung, sakit hati..

Setelah itu gua berada pada state yang ga mau, ga suka, males ngapa-ngapain: ngga mau pake pensil alis, eyeliner, apalagi bedak ato blush on.. gua pernah ke mall sebentar (karena ada yang urgent harus dicari/dibeli waktu di Jakarta, a night before adek ipar's wedding) tanpa pake make up apapun.  Biasanya gua keluar rumah itu minimal pake pensil alis dan eyeliner, ini ga pake apa-apa AT ALL.  Ke kantor cuma pake pensil alis.. sampe-sampe ada temen yang suruh gua pake lipstick karena katanya pucet banget.. lama kelamaan baru gua pake eyeliner.. sampe sekarang baru sebatas pensil alis, eyeliner, dan blush on.. blush on pakenya on and off, bedak masih males.. kemaren-kemaren gua ga mau dan males untuk keluar rumah, apalagi kalo jalan turun ke Bandung.
Kata temen gua juga gua udah jarang posting di IG.. hehe..

Ya begitulah kisah gua kali ini..

Gua ga mau begitu detail mengingat yang sakit-sakit sebenernya..

To be honest, memang ini kehamilan yang tidak direncanakan.  Tapi dilain pihak, gua udah berharap juga punya anak bayi nanti bulan Oktober..
This is hard to tell, but yes, gua juga waktu itu pusing dengan keadaan gua, gua bener-bener tepar dengan hyper emesis, dan gimana nanti pas nikahan ade ipar? gua harus gimana? kalo orang bilang "dipaksa lah.. jangan diikutin rasa-rasanya.." ey, pasti situ waktu hamil ga pernah ngalamin hyper emesis, karena semua temen yang hyper emesis ga pernah ngomong gitu, mereka tau susah dan tersiksanya, you can't control it, or else, situ belum pernah hamil, atau situ laki-laki *kesel*.
Dilain pihak juga gua guilty feeling kenapa gua ga second opinion, tapi seperti tadi gua bilang, gua udah mau mampus, dan gua takut juga kalopun jantungnya bisa kembali berdetak, apa kabar dengan "bentuknya ga jelas?"  if you're not on my shoes, you'll never know.. you just can't judge.. "mestinya" or "seharusnya" don't even think about it.

Dan gua pun berubah..
Sejak saat itu gua lebih bersyukur dengan adanya Skyler.  Wow.. I was even amazed thinking how I survived hyper emesis during Skyler's time, and he survived too! Praise the Lord!
Hanya bisa berkali-kali bilang "syukur udah ada Skyler..." kalo ngga juga pasti juga di judge dimana-mana, kalo misalnya ini anak pertama, dan pasti kita juga mengira-ngira, jangan-jangan karena ini atau itu..

Sejak saat itu, gua lebih banyak berinteraksi dengan Skyler waktu lampu udah dimatiin, waktunya untuk tidur, dan lampu tidur menyala.  Ga tau kenapa, sejak saat itu nempel ke badan gua sebelum tidur (kangen kali yah, karena 3 minggu gua ga bisa pegang dia dan bersama dengan sakit-sakitan gua itu, dia akhirnya benar-benar disapih..), ya karena dia susah tidur juga sih, muter-muter dari kiri, keatas, ke kanan, tempelin muka, tarik tangan, mau coba pegang-pegan nen, cium-cium.. :'D, alhasil jam 12.30pm ato 1.00am dia tidur, gua ga tidur-tidur sampe subuh.. eeaa.. 1 minggu lebih gua susah tidur malam..

Now, we found out kalo kami temen-temenan disini sebenarnya kalo jadi, 4 yang hamil... tapi 2 yang sekarang still make it trough.. 2 of us failed.  Temen satu lagi baru dikuret juga sabat barusan.

Sekarang gua udah ngepost-ngepost lagi di Instagram, masih males pake bedak tapi udah pake eyeliner dan pensil alis ke kantor, udah makan normal walaupun lambung sepertinya masih suka ada gangguan, gua udah bisa jalan-jalan turban (turun Bandung), dan udah mulai belajar melupakan "sakit" yang kemaren sebenarnya.. ngereview ini jadi bikin gua harus coba mengingat semuanya, walaupun detailsnya ga gua paksa untuk ingat..

Semoga semua jalan yang kami tempuh dan decisions yang telah kami ambil adalah benar yang terbaik...

(Ini gua udah usaha semaksimal mungkin untuk ingat.  Mungkin sebagian gua lupa karena lupa, ato karena mau gua lupakan..)

No comments: