A story.. I wrote as one of my 3rd year Anniversary gift for him... :)
“CINTA DUA KOMA SEMBILAN”
“Lagu Aku banget yah buat kamu, dulu?!” katanya. Ditengah jalan menuju Senayan City, lagu “Ku Tetap Menanti” Nikita Willy mengiringi perjalanan kami.
Terharu.. itu yang bisa ku rasakan..
Ya, perjuangan selama hampir 3 tahun mulai berbuah..
Dengan tangan gemetar dia menyimpan nomor handphone ku, pertama kali kita dikenalkan oleh teman jaman kuliah di Bandung dulu yang memang niat nyomblangin.
“Lin, ngga apa-apa yah kalo gue ngga suka ma dia, gue cuma kasihan liat dia.. ga tau kenapa..” itu kata-kata yang pernah kuucapkan kepada temanku. Dihari lainnya kemudian, temanku Caroline pernah bilang “Sin, tau ngga kenapa dia ngga nembak loe?” lewat chat disecarik kertas. “Ngga tau. Kenapa? Takut? Dia ada sakit, atau...?” Oline menjawab “dia masih punya cewe di Bandung. “ “Ooh gitu..” jawabku.
Waktu berlalu.
Ada pendekatan darinya, tapi pendekatan yang berkesan maju-mundur. It wasn’t a big deal for me. Waktu itu bukan hanya dia yang mendekati ku, banyak pria lain yang melakukan pendekatan gencar-gencaran. Tidak ada yang membuatku benar-benar jatuh cinta.
Suatu hari, dia membeli handphone baru. Dia minta untuk bertukar hp. Lucunya kami bertukar hp, padahal tipe hp-nya sama persis , hanya casing hp-nya dia saja yang diganti dengan casing transparan. Malam itu, seperti biasa, terjadi saling telfon 3 detik, yang dulu dikenal dengan “3D”, karena jaman itu kartu XL free telfon sampe 3 detik. Lucu yah? Anak kuliahan, jadi modalnya belum ada. Hahaha...
December 2002 dengan segala pertimbangan yang ada, aku memutuskan kembali ke Manado, setelah 1 semester berkuliah di Bandung, hasil dari tidak lolos interview untuk Visa Amerika.
Disaat itulah aku mulai sadar, ada rasa untuknya...
“Lagi ngapain?” tutup telfon. Biasalah, “3 detik-an”. “Ngga ngapa-ngapain” jawabku yang tiba-tiba bangun dari tidur siang dirumah. “Mirip banget ama lo” katanya lagi. “Apanya?” tanyaku. “Cewe yang di depan gue.” Ngga tau lah waktu itu gombalan semata ato apa. Dasar laki-laki.
Aku melanjutkan kuliahku di Manado dan dia tetap di Bandung.
Kami masih sms-an walaupun tidak sering. Masih ada telfonan walaupun jarang.
Waktupun berlalu, kami dengan hubungan kami masing-masing. Rasa itu masih ada.. masih tersimpan seperti sebuah buku berharga di dalam lemari tua...
Aku sempat berpacaran dengan teman SMU-nya yang kebetulan berkuliah ditempat yang sama denganku. “Siapa cowo lo sekarang?” Akupun menyebut nama temannya itu. Kemudian dia bilang “yah.. berarti udah ga ada harapan” “harapan apa?” tanyaku. “Harapan untuk memilikimu”. Kalau dipikir-pikir, mungkin Aku saja yang terlalu kemakan ama gombalannya dia. Hahaha.. Crazy yet true.
Tiga setengah tahun berlalu, Akupun ditamatkan dari tempatku berkuliah.
Walaupun Aku anak satu-satunya, tapi Aku bukanlah anak yang dimanjakan dirumah. Saat itu orangtuaku ingin Aku bekerja di Manado saja, tetapi kemauan kerasku membawaku ke Jakarta, dengan tiket pesawat surprise dari Mami (Thank you Mami, I miss you so much..).
Kamipun bertemu kembali.
Aku tidak ingat persis kapan kali pertama kami bertemu kembali. Saat itu kamipun tidak bertemu dengan status single, but we were both in a relationship.
Lagi-lagi ada komunikasi diantara kami walaupun tidak sering.
Di waktu yang berbeda, kami berpisah dari pasangan kami masing-masing.
7 Mei 2008 hari dimana aku menjawab “iya, Aku mau jadian sama kamu” lewat sms. Dia harus menunggu beberapa hari setelah dia menanyakan jika Aku mau menjalin hubungan dengannya. Malam itu saat dia mengantarku pulang, dia tidak bisa berkata-kata. Sebelum mengutarakan pertanyaan pamungkas, awalnya dia gugup dan bilang “koq gue jadi kya anak SMP gini yah?” hahaha.. Hari sebelumnya Aku sudah berniat untuk menjawab, tapi pikirku “ah, tanggal 7 aja, karena itu angka favorit Mami dan juga tanggal lahirnya si dia”. So I waited ‘till the next day.
“Jadian” dimulai dengan pertengkaran, karena dia tidak suka waktu tau Aku pergi ke Dufan bersama teman pria yang lain. Memang hanya berdua saja waktu itu, saat itu Aku masih belum bekerja kembali dan masih sangat tertekan dengan kepergian Mami. Buatku itu hanya untuk menghibur diri saja. Tidak lebih dari itu.
Pertama kali Aku dibawa ke rumahnya waktu tahun baru 2009. Tidak mudah untuk beradaptasi dan diterima dikeluarganya. Ya, kami datang dari latar belakang suku yang berbeda, timur dan barat.
Berkali-kali Aku ingin “mengundurkan diri”, tapi dia terus memberiku semangat dan harapan. Dia juga terus memperjuangkan Aku, apalagi Aku tipe orang yang tidak mudah berkomunikasi dengan orang yang baru kenal/tidak kenal dekat. Sering Aku merasa kasihan padanya karena posisinya yang berada ditengah-tengah.
Bukan hanya itu tantangan yang harus kami hadapi. Pria-pria yang mendekatiku juga menjadi sumber pertengkaran besar antara kami. Dia mempersalahkanku karena terlalu membuka diri dengan teman pria, sedangkan Aku menudingnya terlalu posesif.
Memang sangat tidak mudah menyatukan dua pikiran. Tidak mudah mengalah dan mengaku salah. Tidak mudah mencari solusi yang terbaik untuk kedua belah pihak, apalagi untuk hal-hal yang posisinya “tidak ada yang salah”.
Kami putus berkali-kali. Selama Aku berpacaran, tidak pernah ada yang putus-sambung seperti ini. Berkali-kali juga dia datang jauh-jauh dari Bandung ke Jakarta sesudah jam kerja hanya untuk menyelesaikan masalah dan minta balikan, walaupun ada waktu dimana pada saat dia menemuiku, aku sedang dekat dengan pria lain. Dia juga akan minta maaf habis-habisan jika ada kesalahan yang dia buat. He prooved me well that he loves me. He makes me believe in his love for me. Hal-hal seperti itulah yang membuatku tetap mempertahankan hubungan ini disaat kami putus terakhir kali, kira-kira 2-3 bulan yang lalu.
Buru-buru kami turun dari mobil, menyerahkan kunci untuk vallet parking. “Mba, counter jam tangan di lantai berapa yah?” kami bertanya pada wanita yang ada di meja customer service Mall Senayan City. “Di lantai 2 dan lantai 3 mba.”. Kami langsung menuju lantai 3, ke counter “Watch Club” dan mulai memilih jam tangan pengganti cincin tunangan. Hari yang sama, pagi itu, kami sudah berusaha mencari cincin warna silver polos sesuai keinginanku, kami sama-sama jatuh hati dengan cincin polos berbentuk segitiga, tapi sayangnya tidak ada yang sesuai dengan ukuran jari kami. “Harus di pesan dulu mas” kata semua penjaga counter tempat kami singgah untuk mencoba cincin. Jujur, I was down, like “no rings? Oh my... apanya yang jadi pengikat kalo gitu?”. Sore itu Mamanya bertanya lewat telfon “gimana, udah dapat cincinnya?” tentu saja kami menjelaskan keadaannya. “Beli jam aja di Senayan” katanya lagi.
Karena tangan kami yang kecil, tidak ada jam pasangan yang cocok dengan ukuran tangan kami. Akhirnya kami membeli 2 jam tangan yang sama dengan warna yang berbeda, dan “lucu”-nya lagi, semua jam tangan sama model itu, beda warna, beda harga. Hahaha...
Jam 5 sore Aku baru tiba ditempat penginapan Papi-ku, dan semua keluarga sudah berkumpul disana. It was a hectic day. Harusnya acara “maso minta” itu dimulai jam 5, setelah sebelumnya direncanakan jam 7 malam. Buru-buru Aku menyiapkan diri. Another funny fact, Aku hampir selalu menggunakan dress baru ke pernikahan orang-orang untuk beberapa tahun belakangan ini, bahkan mempersiapkan semuanya beberapa bulan sebelumnya, sering ada dress cadangan malahan, dan hampil selalu mampir di salon untuk hair-do, dan selalu siap dengan softlens. Guess what, 2 hari sebelumnya yaitu hari jumat, Aku tidak bisa menemukan softlens-ku! Aku masih menyempatkan diri untuk kembali ke kamar setelah membeli jam tangan untuk mencari softlens dan mengambil dress cadangan. Siang itu Aku membeli dress dadakan, yang ternyata terlalu “santai”. I still couldn’t find the softlens. Pasrah akhirnya. Sore itu juga seharusnya Aku mampir ke salon, tapi karena si dia tidak mungkin memilih jam tangan itu sendiri, jadi Aku batal ke salon. Ku relakan.. hehehe.. So, dimalam pertunanganku, Aku menggunakan dress putih hadiah ulang tahun darinya 2 tahun yang lalu, dress itu berumur.. hmm.. 1 tahun 5 bulan, rambut tanpa sentuhan salon, harus memakai bando pula! Gara-gara poni yang (seharusnya) lurus, hasil pem”babat”anku sendiri. No softlens, no new dress, no hairdo! That was how I showed up that night. Well, I didn’t feel bad about it, I had a goal months ago to live a more-simple life.. not to make a big deal of small things, and to have better priorities in life.. I prooved it that night, that the event was way more important than “just” the look. Oh of course look is important! Buktinya, teman-temanku complain waktu Aku menggunakan baju yang kubeli hari itu yang katanya terlihat terlalu “santai”. Ikat pinggangku juga ternyata ketinggalan dikamar. Ufttt... Saat itu tidak ada yang sal-tum, semuanya santai tapi rapih. Kalau saja waktu itu Aku muncul dengan kebaya dan sanggul, hahaha, sudah pasti I was overdressed.
Semuanya berjalan dengan baik dan lancar malam itu, walaupun si dia tertunduk gugup dan tanganku yang begitu dingin disaat pembicaraan kedua pihak keluarga sedang berlangsung.
Seperti kurang persiapan? Ya.
Selama ini kami kesusahan mencari waktu yang pas untuk lamaran ke Manado dengan jadwal Mama Papa-nya dia yang padat, dan belum ada jadwal meeting di Manado. Dari awal juga orangtuanya dia beberapa kali coba bertanya apakah bisa Papiku yang datang ke Jakarta, tapi karena beberapa pertimbangan, lamaran di Manado lebih baik, termasuk kalau dibuat di Manado, kita bisa mengundang keluargaku yang pastinya tidak semuanya bisa hadir di hari H nanti.
Seminggu sebelum 10 April 2011, Aku baru tahu kalau ternyata Om dan Tante-ku akan berangkat kembali ke U.S untuk jangka waktu yang lama. Papi mengusulkan bagaimana kalau Papiku datang untuk lamaran disaat Om Tante-ku sedang di Jakarta, karena “percuma” juga kalau lamaran di Manado tanpa mereka, keluargaku yang bisa dibilang paling dekat, kakak laki-laki dari Papi. Setelah melalui beberapa tahap pertimbangan dan perbincangan, akhirnya semuanya setuju. Hari rabu, 4 hari sebelum hari lamaran, baru tiket Papi dibeli. Om Tanteku tiba hari Selasa 5 April. Si dia tiba dari Bandung hari Jumat, 2 hari sebelum hari lamaran, dan langsung menuju bandara menjemput Papiku. Papanya dia berangkat ke Batam untuk meeting hari rabu dan kembali hari jumat malam, sedangkan Mamanya pergi ke Kalimantan hari jumat siang dan baru kembali hari Minggu siang jam 2. Hmmm.. sudah bisa dibayangkan bagaimana persiapan yang bisa kami semua lakukan.. Tapi dari kesibukan kami semua, we all tried to do our best.. makanan alhamdulillah banyak, berlebihan malah.. dan walaupun kami membawa keluarga dari latar belakang suku yang berbeda, namun semuanya bekerjasama dengan baik malam itu.
And now, we’re engaged, after 2 years and 9 months together..
dengan dia, yang tidak pernah lupa bilang “Luv U” dalam sms-nya setiap hari, sampai saat ini menuju tahun ke 3 hubungan kami.
Dia memang bukan cinta pertamaku, tapi dialah cinta terakhirku...
P.s. Ga tau waktu itu dia memang gemeteran karena gugup, ato memang tangannya memang suka shaking.. hahaha..
P.s. Ga tau waktu itu dia memang gemeteran karena gugup, ato memang tangannya memang suka shaking.. hahaha..
Written on: April 12-17, 2011
No comments:
Post a Comment